Surabaya - Meski aturan berusaha ditegakkan, namun pedagang kerap kali masih membandel. Pasar Keputran yang seharusnya dimanfaatkan untuk berdagang, justru lapaknya ada yang beralih fungsi sebagai 'tempat tinggal'.
Pengamatan detikcom, Jumat (27/3/2015), yang bertandang ke lantai 2 bagian belakang pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Surya melihat lapak-lapak menjadi tempat istirahat pedagang.
Lapak yang berukuran sekitar 4X6 meter dengan dinding kayu itu dihuni sekeluarga 3-4 orang. "Kebanyakan yang tinggal di sini orang-orang yang angkat-angkat (kuli angkut) sayuran," kata Abah Amin, salah satu pedagang kue ringan.
Menurutnya, para kuli angkut yang memilih bertempat tinggal di dalam pasar harus membayar uang sewa Rp 800 ribu-Rp 1 juta/tahun. Uang tersebut dibayarkan pada pemilik lapak.
"Itu beda dengan uang retribusi dan listrik bulanan yang ditarik petugas pasar yang besarnya antara Rp 200 ribu-Rp 300 ribu," ungkapnya.
Tak hanya itu, faktor kebersihan dalam pasar sangat kurang, terlihat dari lantai pasar yang berlumpur dan tumpukan sampah sayur busuk sehingga menimbulkan bau tidak enak. Kondisi itu juga yang menjadikan salah satu alasan sebagian pedagang menggelar dagangannya di luar area pasar.
"Kalau siang agak jarang jual diluar. Beda kalau malam, mulai pukul 21.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB boleh jualan di luar pasar bahkan di jalan depan," kata seorang pedagang lainnya.
PD Pasar Surya sebagai BUMD di bawah Pemkot Surabaya mengakui masih ada ratusan pedagang yang tinggal di dalam pasar.
Direktur Teknik dan Usaha PD Pasar Surya Zandi Ferryansa Hadi mengaku saat ini masih ada sekitar 140-145 pedagang yang menempati lantai dua dan berdiam di tempat tersebut.
"Saya tidak pungkiri masih ada alih fungsi pasar menjadi tempat tinggal di sana. Tapi dari tahun lalu jumlahnya sudah cukup berkurang," katanya kepada detikcom.
Dibandingkan tahun lalu, Zandi mengaku lantai Pasar Keputran lantai 2 saat itu full untuk hunian. Berbagai upaya persuasif terus dilakukan pihaknya untuk mengembalikan fungsi pasar sebagai jualan.
"Langkah pendataan secara persuasif terus kita lakukan dan membuat perencanaan khusus bagi pedagang lantai 2 yang kebanyakan beraktivitas jualan malam hari," imbuhnya.
Perencanaan yang dimaksud akan membangun sebuah lapak yang dilengkapi dengan atap dan tembok pemisah kanan kiri. "Mereka kan kita ajak berdisukusi, mereka kan jualnya malam hingga pagi. Kalau siang mereka tidur makanya menjadikan lapaknya sebagai tempat tinggal juga. Oleh karena itu, akan kita buatkan lapak dengan atap serta dinding pemisah kanan kiri, bukan bilik kayu seperti saat ini," terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar